Reino Barack Soroti Beda Bansos PPKM Darurat RI dengan Jepang

Pengusaha sekaligus pemilik restoran Reino Barack menyorot perbedaan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Indonesia dengan Jepang, salah satunya terkait bantuan sosial (bansos).
Perbedaan itu dirangkum dari pengalamannya saat berlibur ke Jepang pada Januari-April lalu.
"Di Jepang, semua penduduk dikasih bansos cash dan makanan, seperti mie instan, air, dan lainnya. Apabila terpapar dengan covid-19, tidak ada relevansi umur, meski 5 tahun atau 70 tahun, itu dapat bantuan lagi," ujarnya saat hadir di sesi wawancara virtual bersama CNN Indonesia melalui Instagram @cnnindonesia pada Selasa (13/7).
Selain itu, menurutnya, pemerintah Jepang benar-benar berkomitmen memberikan bantuan kepada restoran. Caranya dengan memberikan bantuan dana senilai 90 ribu yen atau setara Rp11,79 juta per hari kepada restoran yang disiplin tutup tepat waktu pada pukul 20.00 WIB.
"Di Indonesia quantitative easing seperti ini ada tapi disayangkan kebijakan pemerintah tidak sampai ke masyarakat. Sasaran sudah tepat, kebijakan tepat, tapi eksekusi belum, karena mungkin juga masih banyak organisasi lain yang menggerogoti," katanya.
Catatan lain juga berasal dari kecepatan pengambilan kebijakan seperti PPKM Darurat. Menurut Reino, pemerintah negara lain justru lebih sigap mengambil kebijakan seperti ini bahkan sampai melakukan lockdown.
Kendati demikian, Reino menilai kebijakan PPKM Darurat memang mau tidak mau harus dilakukan pemerintah saat ini. Sebab, penambahan jumlah kasus positif covid-19 terus meningkat hingga menembus rekor tertinggi mencapai 40 ribu kasus dalam sehari.
"Tentu kondisi ini tidak pernah jadi good news, bukan hanya untuk pengusaha, tapi semua orang," ujarnya.
Cara Restoran Bertahan Cegah PHK saat PPKM DaruratReino pun membagi cara yang dilakukannya untuk mengurangi pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada karyawan di tengah kebijakan PPKM Darurat. Menurutnya, cara paling utama adalah mengurangi gaji karyawan.
"Kami berusaha untuk mengurangi (PHK) sebisa kami, tapi tentu gaji tetap kami potong, karena kalau (usaha) food and beverage itu karena restoran tutup dan tidak melakukan delivery, maka operating cost kami akan tinggi," ungkap Reino.
Cara selanjutnya adalah mengurangi berbagai biaya operasional. Cara ini dilakukannya dengan menutup restoran sekaligus.
"Soalnya cost kita cukup tinggi dan pesan delivery tidak menutup itu (biaya operasional)," ujar pemilik restoran Akira Back hingga Ristorante da Valentino itu.
Cara lain, yaitu bernegosiasi dengan pihak bank bila ada kredit yang tengah dicicil. Terakhir, musyawarah dengan karyawan terkait kebijakan yang tepat untuk mereka dan perusahaan.
"Tentu harus kasih kebijakan yang baik, tapi jangan over commit ke perusahaan sampai bangkrut, itu konyol. Jadi berbuatlah sesuai kemampuan kita," ujarnya.
Kendati begitu, Reino mengingatkan caranya ini mungkin tidak sepenuhnya cocok di perusahaan-perusahaan lain. Sebab, ia meyakini masing-masing usaha memiliki kapasitas, karakter, dan kemampuan keuangan yang berbeda-beda.
"Ya kalau ada perusahaan yang masih bisa bernafas, cash flow masih ada untuk sejahterakan pekerja, saya pikir itu harus dilakukan, ya hitung-hitung amal lah," pungkasnya.
[Gambas:Video CNN]
(uli/age)Sumber: www.cnnindonesia.com
0 Response to "Reino Barack Soroti Beda Bansos PPKM Darurat RI dengan Jepang"
Post a Comment